Amalan Aqidah Hadits Kiamat Manhaj Tafsir

Keindahan Surga



Bismillah, was sholaatu was salaamu 'ala Rosulillah wa 'ala aalihi wa ashabihi ajma'in, ama ba'du. Begitu indah dan menyenangkan surga Allah Subhaanahu wa Ta’ala pada jiwa-jiwa anak manusia yang diberi hati dan akal yang jernih pada jasadnya, karena didalamnya terdapat kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara, luasnya tempat yang tidak bisa diukur oleh manusia, keindahan yang sangat menyilaukan dan mengagumkan hati manusia serta kelezatan–kelezatan yang tidak dapat menandinginya segala kenikmatan dunia.

Kemudian diantara kenikmatan-kenikmatan surga Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang akan diberikan bagi penghuninya adalah :


Yang Pertama : Dapat melihat wajah Allah Yang Maha Mulia, bagi orang-orang mu’min yang masuk ke dalam surgaNya.

Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam kitab ‘Uluwul Himmah Fii Tholabil Jannah, ” Sesungguhnya kenikmatan yang paling utama yang akan diperoleh penghuni surga adalah dapat melihat Allah”(1). Dan begitu juga dikatakan dalam kitab syarh Lum’atul I’tiqod "orang-orang mu’min melihat Robb mereka di akhirat dengan penglihatan mereka yang kemudian mereka menjumpai Allah dan saling berdialog". Dan Allah pun berfirman :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ [22] إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ [23 

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Robbnyalah mereka melihat. (Qs: Al - Qiyaamah : 22-23)

Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda dalam haditsnya :

(إنكم ترون ربكم كما ترون هذا القمر لاتضمون فى رؤيته (حديث صحيح رواه البخاري والمسلم

Sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini dimana kalian tidak akan terhalangi sedikitpun dalam melihat Allah. (HR. Bukhori Muslim ){2}.

Sungguh merupakan kenikmatan yang sangat besar ketika kita dapat melihat Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang maha kuasa yang dapat menciptakan segala alam semesta dengan berbagai bentuk dan rupa, senantiasa membagikan rizki pada semua makhlukNya, mengatur alam semesta tanpa sedikitpun meminta bantuan hambaNya, yang Maha Merajai segala raja dan kerajaan yang ada di dunia, dengan penuh keadilan dan jauh dari aneka bentuk kezholiman yang hina. Dan masih banyak lagi Kemaha Sempurnaan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu kita hendaknya senantiasa merindukan-Nya agar bisa berjumpa dan melihatNya, ditempat yang kekal nan abadi kita didalamnya.


Yang kedua : Sungai-sungai dan mata air surga

Sungguh sangat menyenangkan dan menggembirakan jiwa ketika dapat menikmati sungai-sungai surga yang dihiasi dan dilengkapi dengan emas, batu-batu mutiara dan permata serta air yang lebih manis dari madu dunia.

Sesungguhnya termasuk sungai–sungai surga Allah adalah Al-Kautsar, dan sungguh Allah telah menyebutkanya dalam Al-Qur’an :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ١

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (Qs : al kaustar : 1).

Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam pun telah bersabda :

(الكوثر نهر فى الجنة حافتاه من ذهب ومجراه من الدر واليقوت تربته أطيب ريحا من المسك ومائها أحلى من العسل وأشد بياضا من الثلج (رواه أحمد وابن ماجه وصححه الألبانى

Artinya : Al-Kaustar adalah sungai yang berada dalam surga yang dihimpit dengan emas, tempat aliran airnya dari batu mulia dan batu mutiara yang terharumi dengan wewangian yang lebih harum dari minyak kasturi, yang airnya lebih manis dari madu serta warnanya lebih putih dari salju”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dishohihkan Syaikh Al-Bani dalam Shohihul Jami’/4915).


Yang ketiga : Kecantikan bidadari surga.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam dalam surat Ar-Rohman : 58

كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ ;٥٨

"Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan".

Dan Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam haditsnya :

(للرجل من أهل الجنة زوجتان من الحور العين على كل واحدة سبعون حلة يرى مخ ساقها من وراء الثياب( رواه أحمد والترميذى وصححه الألبانى

"Bagi seorang laki-laki yang termasuk penduduk surga mempunyai dua istri dari bidadari surga, dimana setiap bidadari tersebut terlapisi dengan kain sampai tujuh puluh lapisan akan tetapi senantiasa terlihat tulang sumsum betisnya dari balik hijab (lapisan)". (HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi yang dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohihul Jami’/2564)

Wahai saudaraku, sabda Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam diatas menggambarkan begitu indah dan nikmatnya surga Allah yang senantisa akan diberikan pada semua anak manusia yang senantiasa taat dan patuh kepada Robbnya dalam kehidupan dunia. Begitulah kecantikan wanita surga yang tidak akan pernah kita dapati wanita tersebut dalam kehidupan dunia. Bidadari surga akan senantiasa muda belia tidak akan pernah tua sebagaimana wanita-wanita dunia dimanapun keberadaan mereka. Bahkan umur mereka (bidadari-bidadari surga) adalah umur yang sangat ideal bagi kaum laki-laki yang menjadi penghuni surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا [٧٨:٣١]حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا [٣٢]وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا [٣٣

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya". ((QS. An-naba’ :31-33))

Dan telah dikatakan oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Al-Khadiy Al-Arwah:

”Adapun kata al kawa’ibu adalah bentuk jamaknya dari kata kaa’ib yang mana bermakna seorang wanita jelita yang berparas cantik. Dan telah berkata juga Al-Imam Qotadah, Mujahid, Kilabiy dan ahli tafsir lainya bahwa kawaa’ib adalah wanita jelita yang montok buah dadanya”. (3). Begitulah gambaran umur bidadari surga Allah yang akan diperuntukan bagi hamba-hambaNya yang senantiasa setia kepadaNya , sampai hari kiamat tiba.

Demikianlah sekelumit keindahan-keindahan surga, yang menjadikan jiwa-jiwa hamba yang jernih senantiasa meridukanya, semoga Allah yang maha kuasa menjadikan kita termasuk penghuni surga, karena inilah hakekat puncak tujuan kita dalam kehidupan dunia yang fana, dimana semua akan binasa ketika hari yang dijanjikan Allah telah tiba (kiamat). Kita sebagai manusia biasa, hanya bisa berusaha dan berdo’a agar Allah berkenan menjadikan kita sebagai penghuni surga, yang kekal nan abadi keberadaanya, Allahumma aamiin. Kemudian bagaimanakah usaha kita dalam menggapai surga yang dipenuhi kenikmatan dan keindahan didalamnya? kita kembalikan semua usaha dan amalan kita dalam menggapainya, pada Al-Qur’an yang mulia serta sunnah nabi-Nya shollallahu 'alaihi wa sallam dengan pemahaman Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam yang diwarisi para shahabatnya ridwanullahi 'alahim jamii'an dan para pengikutnya yang sentiasa meniti jejaknya sampai maut menjeputnya.

Sebagaiman telah dinukil dalam kitab ‘Uluwul Himmah Fii Tholabil Jannah, diantara amalan–amalan yang bisa menghantarkan kita menuju surga Alloh adalah:


Amalan yang pertama : Tahqiqqu At-Tauhid (mewujudkan tauhid).

Sebagaimana tertera dalam hadits Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam:

(من مات لايشرك بالله شيئا دخل الجنة ومن مات يشرك بالله شيئا دخل النار (رواه البخاري والمسلم

"Barang siapa yang meninggal sedangkan ia tidak menyekutukan Allah maka ia masuk surga dan barangsiapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah maka ia masuk kedalam api neraka". (HR.Bukhori dan Muslim)

Maka dalam kehidupan yang hanya sementara ini, hendaknya kita mengaplikasikan tauhid dan jangan sampai jiwa kita berlumuran syirik yang bisa melenyapkan segala amal kebaikan yang pernah kita lakukan. Dimana kesyirikan-kesyirikan yang kita lakukan akan senantiasa menghantarkan kedalam siksa api neraka. Dan pada hakekatnya dengan mewujudkan tauhid kita akan mendapat keutamaan tauhid yang sangat agung yang tidak diberikan pada semua hambaNya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Minhaj Firqoh An-Naajiyah yang pada intinya : Bahwa keutamaan tauhid sebagaiman firman Allah Tabaaroka wa Ta'ala :

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ [٨٢

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk".( QS : al-an’am : 82)

Maka ayat yang mulia menmberikan kabar gembira pada orang orang mukmin yang mentauhidkan Allah yang tidak mencampur adukan iman mereka dengan kesyirikan dan senantiasa menjauhi kesyirikan. Sesungguhnya bagi mereka keutamaan di dunia dan akherat :

Yang pertama : Orang yang mewujudkan tauhid mendapat jaminan keamanan yang sempurna dari adzab Allah di alam akhirat nantinya.
Yang kedua : Orang yang mewujudkan tauhid, mereka termasuk orang orang yang mendapat petunjuk Allah di dunia.
Yang ketiga : Bahwasanya tauhid dapat menghantarkan kebahagian dan menghapus dosa-dosa (selain dosa syirik).

Sebagaimana termaktub dalam hadits Qudsiy :

(يابن آدم لوأتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتنى لاتشرك بي شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة (رواه الترميذى قال حسن

“wahai anak adam seandainya engkau mendatangiKu dengan membawa dosa sebesar bumi kemudian engkau menjumpaiKu dalam keadaan tidak berbuat syirik terhadap Aku dengan sesuatupun maka sesungguhnya Aku akan mendatangimu dengan membawa ampunan sebesar bumi pula". (HR.Tirmidzi).(4)

Saudaraku sesungguhnya manusia yang melaksanakan tauhid adalah manusia yang beruntung di dunia dan akherat karena mereka akan dimasukan ke surga dan mendapat keutamaan keutamaan yang tidak diberikan pada semua hamba-Nya.


Amalan yang ke dua : Hubbullaha wa rosuulihi (cinta kepada Allah dan rosul-Nya).

Sesungguhnya cinta kepada Allah dan rosulnya termasuk sebab yang sangat penting sebagai perantara masuknya seorang muslim kedalam surga Allah. Dan tidaklah asing lagi bagi kita bahwa cinta kepada Allah dan rosulNya termasuk ibadah yang paling agung yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, akan tetapi hendaknya seorang muslim dalam cinta kepada Allah harus benar-benar cinta yang sejati yang muncul dari jiwanya. Kemudian bagaimanakah cinta yang sejati kepada Allah? telah disebutkan dalam kitab Minhaj Al-Firqoh An-Najiyah : “Sesungguhnya cinta kepada Allah dapat direalisasikan dengan mengikuti apa yang telah dibawa nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam, mentaati dengan apa yang telah diperintahkanya. Meninggalkan apa-apa yang telah dilarang oleh Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam melalui hadits-haditsnya yang shohih yang telah diterangkan pada umat manusia. Dan tidaklah cinta kepada Allah diwujudkan dengan banyak bicara dan tidak mengamalkan petunjuk, perintah dan sunnah Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya :

"Katakanlah : Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS : Ali Imron : 31)

Adapun orang orang yang mengaku cinta kepada Allah dan Rosul-Nya akan tetapi tidak pernah menerima, mengamalkan petunjuk Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam maka cintanya hanya sebatas pada lisanya yang pada hakekatnya telah mendustai hatinya : alangkah indahnya perkataan seorang penyair :

seandainya cintamu itu sejati maka sungguh kamu akan taat padanya

sesungguhnya orang yang mengaku cinta pada orang yang dicintainya

maka ia akan wujudkan cintanya dengan ketaatan



Amalan yang ke tiga : Tilaawatul Qur’an wa hifdzihi (membaca Al-Qur’an dan menghafalnya).

Sungguh telah banyak nash nash yang syar’i yang menunjukan bahwa membaca al-qur’an termasuk sebab yang dapat menghantarkan masuk kedalam surga Allah. Hal ini sebagaimana sabda Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam :

(يقال لصاحب القرآن إذا دخل الجنة اقرأ واصعد فيقرأ ويصعد بكل آية درجة حتى يقرأ آخر شيئ معه(رواه أحمد وأبو داود وابن ماجه وصححه الألبانى

"Maka dikatakan pada orang yang membaca Al-Qur’an ketika masuk surga, bacalah Al-Qur’an dan naiklah, maka ia membaca Al-Qur’an dan naik derajatnya dimana setiap membaca satu ayat maka akan naik satu derajatnya, sampai ia membaca yang paling akhir dari ayat tersebut". (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah yang dishohihkan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Bani dalam Shohihul Jami’ hal : 8121)

Dan diantara keutamaan membaca Al-Qur’an yang lain adalah bahwa sebagai penolong pada hari kiamat, hal ini sebagaimana hadits Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam :

(اقروا القرآن فإنه يأتى يوم القيامة شفيعا لأصحابه ( رواه المسلم

"Bacalah kalian Al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai penolong bagi pembacanya". (HR. Muslim)

Dan orang yang senantiasa membacanya, mempelajarinya dan mengajarnya adalah sebaik-baik manusia diantara kalian, hal ini sebagaimana hadits Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam :

(خيركم من تعلم القرآن وعلمه (رواه البخاري

"Sebaik baik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarnya". (HR. Bukhori) .

Semoga menjadikan kita termasuk hamba Allah yang hatinya senantiasa dimudahkan untuk membaca al-quran, menghafalnya dan mentadaburinya. Bukan termasuk hamba Allah yang jauh dan mendustakanya dari dasar pijakan yang pertama bagi umat islam yang bisa menghantarkan kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan dunia dan akherat, Allahumma aamiin.


Amalan yang ke empat : Tholabul’ilmi asy-syar’i (mencari ilmu syar’i)

Sesungguhnya mencari ilmu agama yang berdasarkan Al-qur’an dan Hadits dengan pemahaman salafus sholih dengan benar-benar mengharap pahala dari Allahu 'Azza wa Jalla adalah sebab diantara sebab yang dapat menghantarkan manusia masuk surga-Nya, yang juga menjadikan sang pencari ilmu syar’I diangkat derajatnya didunia dan diakherat serta diberinya orang yang memahami dien ini kebaikan yang sangat banyak yang tidak diberikan pada semua umat manusia dimuka bumi ini.

Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda dalam haditsnya :
(من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة ( رواه المسلم

"Barang siapa yang berjalan disuatu jalan yang tujuanya mencari ilmu (syar’i) maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga". (HR.Muslim).

Setiap langkah kita dalam mencari ilmu Allah Subhaanahu wa Ta’ala, akan bernilai ibadah disisi Allah Dzat yang maha kuasa. Dan kalaulah kita perhatikan realita yang ada, dalam kehidupan ini bahwa orang–orang yang berilmu akan diangkat oleh Allah beberapa derajat dalam kehidupan dunia terlebih lagi dalam kehidupan yang kekal abadi yakni kampung akherat. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ [١١

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (Qs : Al-Mujadalah :11)

Kemudian Allah telah berjanji melaui hadits nabi-Nya shollallahu 'alaihi wa sallam bahwa Allah akan memberikan kebaikan yang banyak bagi orang yang memahami agama islam ini. Begitu juga sebaliknya Allah tidak akan memberikan kebaikan yang banyak bagi hamba Allah yang enggan untuk memahami agama islam yang mulia ini.

Hal ini sebagaimana hadits Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam :

(من يرد الله به خيرا يفقهه فى الدين (رواه البخاري والمسلم

"Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan maka Allah akan memahamkan ia pada agama ini". (HR. Bukhori Muslim ).

Saudaraku, sesungguhnya keutamaan ilmu itu lebih dicintai oleh Rosulullahi shollallahu 'alaihi wa sallam, daripada keutamaan ibadah. Orang–orang yang berilmu ketika beribadah dimana ia menyertai dalam ibadahnya akan diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala, akan tetapi orang–orang yang banyak beribadah kepada Allah tanpa dasar ilmu maka amalannya akan tertolak dihadapan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Fal’iyadzu billah.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk penduduk surga yang memperoleh kenikmatan-kenikmatanya yang tidak bisa dilihat oleh mata, yang tidak bisa didengar oleh telinga, yang tidak terlintas dalam pikiran dan jiwa seorang hamba, Allahumma aamiin.

Begitu indah bila jiwa dan hati dapat melaksanakan amalan surga yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan akherat kelak, maka hanya kepada Allah kita meminta agar dapat mengamalkan amalan-amalan surga dan menjadi penghuni surga-Nya.

Adapun amalan yang ke lima : At-Taubatu ilallahi Ta’aala (bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).

Maka sesungguhnya bertaubat kepada Allah adalah sebab masuk surga karena sesungguhnya orang yang bertaubat dari dosa-dosanya maka Allah akan menerima taubatnya, hal ini sebagaimana firman Alloh dalam Al-Qur’an :

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا [١٩:٦٠

"kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun", (QS : Maryam : 60)


Al-Imam ibnu katsir mengatakan dalam tafsirnya ayat diatas : yaitu kecuali orang yang kembali/taubat dari meninggalkan sholat serta mengikuti hawa nafsunya. Sesunggunya Allah akan menerima taubatnya dan memberikan akibat yang baik dan menjadikannya termasuk pewaris surga na’im. Oleh karena ini, firman Allah diatas dapat terjadi, karena sesungguhya taubat kepada Allah dapat menghapus dosa-dosa yang sebelumnya. Dan disebutkan dalam sebuah hadits : “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak mempunyai dosa baginya”.(5)

Semoga Allah memudahkan kepada kita termasuk orang–orang yang bertaubat kepada-Nya dengan taubat nashuha dari beraneka macam dosa, baik dosa syirik, bid’ah dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lainya, Allahumma aamiin.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin telah mengatakan dalam kitabnya syarh Riyadhus Sholihin : Bahwa taubat yang sebenarnya (nashuha) hendaknya terkumpul di dalamnya 5 syarat :

Syarat yang pertama : Hendaknya orang yang bertaubat itu mengikhlaskan niatnya karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala, kemudian tidaklah dalam taubatnya disertai agar supaya dilihat dan didengar oleh manusia.
Syarat yang kedua : Hendaknya orang yang bertaubat itu menyesali atas dosa dosa yang ia terjerumus didalamnya.
Syarat yang ketiga :Hendaknya orang yang bertaubat itu berhenti dari dosanya, maka tidak dinamakan orang yang bertaubat apabila ia melakukan dosa tersebut secara terus menerus.
Syarat yang keempat : Hendaknya orang yang bertaubat itu mempunyai kemauan yang kuat untuk tidak kembali melakukan dosa tersebut pada waktu yang akan datang, apabila ia telah bertaubat dan telah melepaskan dosanya akan tetapi terbetik dalam hatinya jikalau ada kesempatan ia akan melakukan dosa tersebut, maka yang demikian itu tidak diterima taubatnya, kemudian yang demikian ini merupakan bentuk taubat yang main-main. Maka dari itu dalam bertaubat haruslah disertai dengan kemauan yang kuat untuk meninggalkan dosanya. Dan apabila ia sudah berkemauan yang kuat untuk meninggalkan dosanya akan tetapi suatu saat jiwanya menguasainya sehingga mendorong untuk melakukan maksiat tersebut, maka sesungguhnya yang demikian itu telah mengurangi kesempurnaan taubatnya yang pertama. Oleh karena itu ia butuh memperbaharui taubatnya yang kedua kalinya.
Syarat yang kelima : Hendaknya orang yang bertaubat itu, segera bertaubat diwaktu yang mana taubatnya masih diterima Allah Subhaanahu wa Ta’ala, yakni (sebelum datang sakaraotul maut dan terbitnya matahari dari barat-pen).

Wahai saudaraku, hendaknya kita bersegera bertaubat kepada Allah dan kembali pada jalanNya selama masih ada kesempatan, Allah akan mengangkat derajat hamba-hambaNya yang bertaubat kepada-Nya dengan kedudukan yang lebih tinggi. Marilah kita menengok sejarah nabi Adam ‘alaihis salaam, ketika bermaksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala di surga disebabkan was–was syaithan yang terkutuk , sehingga Allah mengeluarkan nabi Adam dari surga-Nya, ketika nabi Adam telah bertaubat kepada Allah maka ia mendapat kedudukan yang mulia. Dimana Allah Subhaanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai hamba yang mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari sebelum ia bermaksiat kepada-Nya. Oleh karena ini, maka wajib atas semua manusia bersegera bertaubat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dengan taubat nashuha, karena kita tidak mengetahui kapan datangnya suatu kematian, betapa banyak manusia pada zaman dahulu sampai sekarang ini, meninggalkan alam dunia yang fana ini secara tiba-tiba. Hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala kita meminta agar tetap istiqomah dalam meniti jalan-Nya dan senantiasa bersegera bertaubat kepada-Nya ketika melakukan dosa-dosa kepada-Nya baik disengaja maupun tidak sengaja. Wallahu A’lam.

Maroji’:
Kitab ‘Uluwwil Himmah fii Tholabil Jannah : 77
Kitab Syarh Lum’atul I’tiqod : 86
Kitab al-khadiy al arwah: 460
Kitab Minhaj Firqoh An-Naajiyah : 33 – 34
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim :3/174
Kitab Riyaadhu Ash-Sholihin :3/156-157.

Penulis : merupakan Mahasiswa Mediu Jurusan Fiqih Wa Usul Fiqih.
Muroja’ah : Al Ustadz Abu Ammar Muhammad Wujud.
Sumber : Klik di sini dengan sedikit perubahan.

Baca Juga

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan tuliskan tanggapan Anda, asalkan dengan memperhatikan ADAB, KESOPANAN, TIDAK MENCELA ATAU MEMFITNAH, SERTA MEMBUKA AIB PERORANGAN ATAU KELOMPOK KECUALI DENGAN BUKTI YANG BENAR ATAU MEMBERIKAN MANFA’AT BAGI PEMBACA LAINNYA!
Komentar Anda akan dipertimbangkan dahulu oleh Tuan Rumah, apakah pantas untuk dipublikasikan atau tidak, jadi mohon bijak dalam berkomentar…

Back to top