Nasehat Penting Perjalan Hidup

Berfikirlah Kawan!


Bismillah, was sholatu was salaamu ‘ala Rosulillah, ‘amma ba’du.

Alhamdulillah, akhirnya blog ini bisa lagi ana update setelah lama fakum, sebenarnya tulisan ini terinspirasi dari status salah seorang ikhwan di Facebook yang ana baca beberapa waktu yang lalu, yang mana status tersebut merupakan sebuah atsar (perkataan) dari seorang sahabat Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu seorang sahabat yang mulia Abu Darda’ rodhiyallahu ‘anhu. Yang mana bunyi status tersebut adalah sebagai berikut :

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Aqidah Hadits Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting

Berlindunglah PadaNya, Jangan Pada SelainNya!!


Bismillah,
Kita telah mengetahui, Allah-lah satu-satunya Dzat yang mampu memberikan manfaat dan menghilangkan mudharat dari diri kita. Jika demikian, maka hanya Allah lah tempat kita memohon pertolongan dan meminta perlindungan. Barangsiapa yang bergantung kepada selain Allah, niscaya dia akan ditelantarkan, sebab hanya Dia satu-satunya tempat meminta perlindungan, meminta keselamatan, dan tumpuan harapan.. Segala manfaat dan madharat berada di tangan-Nya.

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Imbauan kepada umat Islam Penting Puasa Ramadhan

Persiapan Menyambut Ramadhan



Bismillah,
Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ

“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” (QS al-Qashash:68).

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata,

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Hadits Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Perjalan Hidup Pernikahan Remaja

Mau Nikah...? Baca Dulu....



Bismillah,
Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat kita.

Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Bertaqwalah...!



Bismillah,
Nabi shallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

"Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi meninggalnya" (HR Muslim no 2878)

Berkata Al-Munaawi, أَيْ يَمُوْتُ عَلَى مَا عَاشَ عَلَيْهِ وَيُبْعَثُ عَلَى ذَلِكَ "Yaitu ia meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu" (At-Taisiir bi Syarh Al-Jaami' As-Shogiir 2/859)

Para pembaca yang budiman… kita semua tahu bahwasanya kematian datang tiba-tiba…tidak peduli dengan kondisi seorang hamba apakah dalam keadaan ketaatan kepada Allah atau dalam keadaan sedang bermaksiat…, apakah dalam keadaan sakit ataupun dalam keadaan sehat… semuanya terjadi tiba-tiba…

Seorang penyair berkata :

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

1 Komentar

Hadits Hutang Imbauan kepada umat Islam Jual Beli Penting

Kredit, Haramkah...??



Bismillah,
Macam-Macam Praktek Perkreditan.

Diantara salah satu bentuk perniagaan yang marak dijalankan di masyarakat ialah dengan jual-beli dengan cara kredit.

Dahulu, praktek perkreditan yang dijalankan di masyarakat sangat sederhana, sebagai konsekwensi langsung dari kesederhanaan metode kehidupan mereka. Akan tetapi pada zaman sekarang, kehidupan umat manusia secara umum telah mengalami kemajuan dan banyak perubahan.

Tidak pelak lagi, untuk dapat mengetahui hukum berbagai hal yang dilakukan oleh masyarakat sekarang, kita harus mengadakan study lebih mendalam untuk mengetahui tingkat kesamaan antara yang ada dengan yang pernah diterapkan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bisa saja, nama tetap sama, akan tepai kandungannya jauh berbeda, sehingga hukumnyapun berbeda.

Adalah kesalahan besar bagi seorang mujtahid ketika

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

5 Komentar

Amalan Imbauan kepada umat Islam Jual Beli Nasehat Penting

Mau Keuntungan yang Lebih Besar...??



Bismillah,
Kita tahu bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam adalah orang-orang yang telah membela dan banyak berkorban demi agama Islam yang agung ini. Mereka adalah sebaik-baik penolong untuk agama ini. Mereka juga sebaik-baik pejuang di jalannya. Hal ini terjadi pada mereka, karena mereka menjadikan ajaran Islam sebagai sebuah realita dalam perilaku mereka dan sebagai sesuatu yang begitu terasa berada dalam hati mereka. Hingga hal itu menjadi tabiat mereka dengan seikhlas-ikhlasnya dan berani membela agama ini walaupun harus membayar dengan harga yang mahal.

Islam mengajak mereka untuk hijrah. Dengan cepat mereka menyambut seruan itu; meninggalkan Makkah walau hati mereka penuh kerinduan kepadanya dan jiwa mereka dihiasi dengan kecintaan padanya. Mereka lebih mengutamakan aqidah dibanding tempat-tempat main mereka saat masih kanak-kanak, tempat yang penuh dengan kenangan indah.

Islam mengajak mereka untuk berjihad. Ternyata mereka adalah prajurit-prajurit tangguh yang tidak dihinggapi rasa takut. Mereka berhijrah karena Allah dan karena Rasul-Nya, dan mereka berhasil memberikan tauladan baik yang monumental dan indah dalam pengorbanan dan keimanan mereka yang sejati. Simaklah kisah berikut ini.

Ketika Shuhaib pergi menyusul Nabi shallallahu `alaihi wasallam untuk berhijrah, ada beberapa orang Quraisy yang membuntutinya. Mereka berkata pada Shuhaib: “Dulu kau datang pada kami dalam keadaan tidak punya apa-apa, kemudian kau hidup bersama kami dan mendapatkan harta yang banyak dan kau menjadi orang seperti sekarang ini. Tahu-tahu kau ingin keluar dengan membawa semua hartamu? Demi Allah, hal itu tidak akan pernah terjadi”. Lalu Shuhaib turun dari tunggangannya, dikeluarkannya anak panah dari tempatnya, seraya berkata: “Wahai kaum Quraisy, kalian sudah tahu bahwa aku termasuk orang paling pandai memanah di antara kalian. Demi Allah, kalian tidak akan menyentuhku kecuali akan aku bidik dengan semua anak panahku, kemudian aku akan menebas dengan pedangku ini selama dia berada di tanganku. Ayo lakukan apa yang kalian inginkan!” Akan tetapi Shuhaib setelah itu berkata: “Bagaimana bila aku tinggalkan semua hartaku untuk kalian, apakah kalian akan membiarkan aku pergi?” Mereka menjawab: “Ya.” Maka Shuhaib meninggalkan semua hartanya untuk mereka.

Dan ketika sampai ke hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam di Madinah, beliau bersabda, “Telah beruntung perniagaanmu hai Abu Yahya. Telah beruntung perniagaanmu hai Abu Yahya.” Dan turunlah firman Allah Ta`ala, “Dan di antara manusia itu ada seseorang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.” (Al-Baqarah: 207).(H.R. Imam Ahmad, Bab Fadhailus Shahabah, 2/828 dan Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, 11/52, Ibnu Abi Hatim, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 2/195, Al-Hilyah 1/150.)

Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. (alsofwah.or.id)

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Cara Sholat Gerhana

[1]Berniat di dalam hati dan tidak
dilafadzkan karena melafadzkan
niat termasuk perkara yang tidak
ada tuntunannya dari Nabi kita
shallallahu ’alaihi wa sallam dan
beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
juga tidak pernah mengajarkannya
lafadz niat pada shalat tertentu
kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir
sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan
berta’awudz, kemudian membaca
surat Al Fatihah dan membaca
surat yang panjang (seperti surat Al
Baqarah) sambil dijaherkan
(dikeraskan suaranya, bukan lirih)
sebagaimana terdapat dalam hadits
Aisyah:
ُّﻰِﺒَّﻨﻟﺍ َﺮَﻬَﺟ – ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ – ِﻑﻮُﺴُﺨْﻟﺍ ِﺓَﻼَﺻ ﻰﻓ
ِﻪِﺗَﺀﺍَﺮِﻘِﺑ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam menjaherkan bacaannya
ketika shalat gerhana. ” (HR.
Bukhari no. 1065 dan Muslim
no. 901)
[4]Kemudian ruku’ sambil
memanjangkannya.
[5]Kemudian bangkit dari
ruku ’ (i’tidal) sambil mengucapkan
’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH,
RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6]Setelah i’tidal ini tidak langsung
sujud, namun dilanjutkan dengan
membaca surat Al Fatihah dan
surat yang panjang. Berdiri yang
kedua ini lebih singkat dari yang
pertama.
[7]Kemudian ruku’ kembali (ruku’
kedua) yang panjangnya lebih
pendek dari ruku ’ sebelumnya.
[8]Kemudian bangkit dari
ruku ’ (i’tidal).
[9]Kemudian sujud yang panjangnya
sebagaimana ruku ’, lalu duduk di
antara dua sujud kemudian sujud
kembali.
[10]Kemudian bangkit dari sujud
lalu mengerjakan raka ’at kedua
sebagaimana raka’at pertama hanya
saja bacaan dan gerakan-
gerakannya lebih singkat dari
sebelumnya.
[11]Salam.
[12]Setelah itu imam
menyampaikan khutbah kepada
para jama ’ah yang berisi anjuran
untuk berdzikir, berdo’a,
beristighfar, sedekah, dan
membebaskan budak. (Lihat Zaadul
Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356)

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Hadits Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting

Sudahkah Engkau Mencukurnya Saudaraku...??



Bismillah,
Di antara bukti kesempurnaan ajaran Islam adalah berbagai aturan yang Alloh tetapkan perihal bulu dan rambut yang tumbuh di badan kita.

Ditinjau dari hukum fiqh, rambut dan bulu yang melekat di badan manusia itu bisa dibagi menjadi tiga kategori.

Pertama, rambut yang diperintahkan untuk dipotong semisal rambut ketiak, bulu kemaluan dan kumis untuk laki-laki.

Sayyid Sabiq mengatakan,

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Asma'ul Husna Hadits Jual Beli

Mintalah Pada Pemiliknya...!!



Bismillah,
Hampir semua orang tahu bahwa rizki datangnya dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang memberikannya kepada makhluk, baik melalui langit maupun melalui bumi, darat maupun laut. Bahkan para dukun serta orang-orang kafirpun meyakini hal itu, kecuali orang-orang yang sengaja mendustakan.

Allah Azza wa Jalla berfirman menceritakan pengakuan orang-orang musyrik bahwa rizki datang dari Allah:

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Hadits Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting

Waspadailah Dua Penyakit Berbahaya Ini Wahai Saudaraku...!!



Bismillah,
Syaithan merupakan musuh nyata manusia. Dia selalu berusaha menjerumuskan manusia kedalam jurang kekafiran, kesesatan dan kemaksiatan. Di dalam menjalankan aksinya itu syaithan memiliki dua senjata ampuh yang telah banyak makan korban. Dua senjata itu adalah syubhat dan syahwat. Dua penyakit yang menyerang hati manusia dan merusakkan perilakunya.

Syubhat artinya samar, kabur, atau tidak jelas. Penyakit syubhat yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan keyakinannya. Sehingga jadilah

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Hadits Imbauan kepada umat Islam Penting

Mengusap Tangan ke Wajah Setelah Berdo'a, Sunnahkah..?



Bismillah,
Sering kita melihat diantara saudara-saudara kita apabila mereka telah selesai berdo'a, mereka mengusap muka mereka dengan kedua telapak tangan.. Mereka yang mengerjakan demikian, ada yang sudah mengetahui dalilnya akan tetapi mereka tidak mengetahui derajat dalil itu, apakah sah datangnya dari Nabi shallallau 'alaihi wa sallam atau tidak .? Ada juga yang mengerjakan karena turut-turut (taklid) saja. Oleh karena itu jika ada orang bertanya kepada saya : "Adakah dalilnya tentang mengusap muka dengan kedua telapak tangan sesudah selesai berdo'a dan bagaimana derajatnya, sah atau tidak datangnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ..? Maka saya jawab ; "Tentang dalilnya ada beberapa riwayat yang sampai kepada kita, akan tetapi tidak satupun yang sah (shahih atau hasan) datangnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam". Untuk itu ikutilah pembahasan saya di bawah ini, mudah-mudahan banyak membawa manfa'at bagi saudara-saudaraku

Hadits Pertama
"Artinya : Dari Ibnu Abbas, ia berkata ;

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Aqidah Hadits Imbauan kepada umat Islam Kiamat Nasehat Penting

Awas, Waspadai Fitnah Dajjal!



Bismillah,
Fitnah Dajjal merupakan fitnah paling besar di antara fitnah-fitnah, yang ada semenjak Allah menciptakan Adam hingga datangnya hari kiamat. Hal ini disebabkan. Allah memberikan hal-hal yang luar biasa padanya yang memukau dan membingukan akal pikiran.

Dalam riwayat-riwayat disebutkan bahwa Dajjal memiliki surga dan neraka. maka surganya itu adalah neraka dan nerakanya adalah surga. Dia juga memiliki sungai-sungai air dan gunung-gunung roti. Dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lantas langit pun menurunkan hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan lantas bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan segala hasilnya. Dia dapat melintasi bumi dari satu tempat ke tempat lain dengan kecepatan yang luar biasa, bagaikan hujan yang ditiup angin kencang, serta kejadian-kejadian luar biasa lainnya.

Semua itu disebutkan di dalam hadits-hadits shahih, antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: "Dajjal itu buta matanya sebelah kiri, berambut keriting, mempunyai surga dan neraka. Maka nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka" [Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrothis Sa 'ah, Bab Dzikir Ad-Dajjal 18: 60-61]

Dan diriwayatkan pula oleh Imam Muslim dari Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Sunguh aku labih mengetahui apa yang menyertai Dajjal. la akan bersama dua buah sungai yang mengalir, yang satu kelihatan mengalirkan air dan satunya lagi kelihatan mengalirkan api yang menyala-nyala, maka hendaklah ia mendatangi sungai yang kelihatan berisi api itu, dan hendaklah ia pejamkan matanya, karena yang nampak api itu adalah air yang dingin" [Shahih Muslim 18 : 61]

Dalam hadits Nawwas bin Sam'an Radhiyallahu 'anhu bahwa para sahabat bertanya kepada Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai Dajjal, "Wahai Rasulullah, berapa lamakah ia tinggal di bumi?" beliau menjawab. selama empat puluh hari, sehari seperti setahun, yang seharinya lagi seperti sebulan. dan yang sehari lagi seperti sejum'at, dan hari-hari lainnya sepeti hari-harimu." Mereka bertanya, "Bagaimana kecepatanya di bumi?" Beliau menjawab. "Seperti hujan yang ditiup angin kencang. Lalu ia mendatangi suatu kaum dan diajaknya kaum itu. kemudian mereka mempercayainya dan memenuhi -seruannya. Lalu ia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka langit pun menurunkan hujan. dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan bumi pun merumput dengan leluasa hingga badannya gemuk-gemuk dan berlemak. Kemudian ia mendatangi kaum yang lain lagi, lalu diserunya, tetapi mereka menolak seruannya. Lantas ia berpaling dari mereka, kemudian tanah mereka mendadak menjadi kering dan tiada mereka memiliki harta. Dan ia melewati tanah yang kosong seraya berkata kepadanya. "Keluarkanlah perbendaharaanmu!" Lalu keluarlah perbendaharaannya mengikutinya seperti sekumpulan lebah. Kemudian ia memanggil seorang pemuda yang gemuk, lalu ditebasnya dengan pedang hingga terpotong menjadi dua dan dipisahkannya antara kedua potongan itu sejauh bidikan panah. Kemudian dipanggilnya lagi pemuda itu, lalu ia datang kepadanya dengan wajah berseri-seri sambil tertawa." [Shahih Muslim, Bab Dzikir Ad-Dajjal 18: 65-66]

Dan disebutkan dalam riwayat Bukhari dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu bahwa lelaki yang dibunuh oleh Dajjal ini adalah termasuk orang terbaik yang keluar dari Madinah untuk menghadapi Dajjal, lalu berkata kepadanya, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal yang telah dijelaskan beritanya kepada kami oleh Rasulullah saw." Lalu Dajjal menjawab, "Apakah pendapat Anda, jika aku bunuh orang ini, kemudian kuhidupkan kembali. Apakah Anda masih meragukan urusan ini?" (Yakni tentang pengakuan Dajjal sebagai tuhan). Lalu orang-orang menjawab, "Tidak!" Kemudian Dajjal membunuhnya, lalu menghidupkan kembali. Lalu lelaki itu berkata, "Demi Allah, tidak ada orang yang lebih mengerti tentang engkau pada hari ini selain aku." Lantas Dajjal hendak membunuhnya, tetapi dia tidak mampu. [Shahih Bukhari, Ki-tabid Fitan, Bab Laa Yadkhulu Ad-Dajjal Al-Madinah 13: 101]

Dan telah disebutkan di muka riwayat Ibnu Majah dari Abi Umamah Al-Bahili Radhiyallahu 'anhu yang menyebutkan sabda Rasulullah saw mengenai Dajjal bahwa di antara fitnah Dajjal ialah ia berkata kepada orang-orang Arab kampung, "Bagaimana pendapatmu jika aku bangkitkan ayahmu dan ibumu? Apakah engkau mau bersaksi bahwa aku ada-lah tuhanmu?" Orang itu menjawab, "Ya." Kemudian dua syetan menyerupakan diri seperti ibu dan ayahnya, lalu keduanya berkata. "Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia adalah tuhanmu."

Kita memohon keselamatan kepada Allah, dan kita memohon perlindungan kepada-Nya dari segala fitnah.

JAWABAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI MUNCULNYA DAJJAL
Telah disebutkan di muka beberapa buah hadits yang menunjukkan kemutawatiran berita akan munculnya Dajjal pada akhir zaman, dan dia adalah pribadi yang hakiki yang diberi hal-hal yang luar biasa oleh Allah.

Sementara itu Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa Dajjal itu hanya lambang khurafat, kebohongan, dan keburukan-keburukan belaka. tidak berujud manusia ('Vide: Tafsir Al-Manar 3: 317). Syekh Muhammad Abduh ini diikuti pula oleh Syekh Abu Ubayyah yang berpendapat bahwa Dajjal itu hanyalah sekadar pertanda saja untuk melariskan kebatilan. bukan berwujud manusia dari anak Adam.

Pendapat ini merupakan penakwilan yang menyimpang dari zhahir hadits tanpa disertai qarinah (tanda atau petunjuk ke arah itu). Baiklah Anda perhatikan perkataan Abu Ubayyah dalam ta'liqnya terhadap hadits-hadits Dajjal. Beliau berkata. "Berbeda-bedanya isi hadits mengenai tempat munculnya Dajjal, waktu kemunculannya, apakah dia Ibnu Shayyad ataukah bukan, semua itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan Dajjal hanyalah lambang kejelekan dan angkara murka yang dominan yang menyebarkan kemadharatan dengan sangat cepat beserta fitnahnya yang mengganas dan merajalela pada suatu waktu sampai suatu saat dilindas oleh kekuasaan kebenaran dan kalimah Allah:

"Sesungguhnya kebatilah pasti akan lenyap. " [Al-Isra': 81 (An-Nihayah fil fitan wal Malahim 1: 118-119).]


Beliau berkata lagi, "Apakah tidak lebih utama untuk dipahami bahwa Dajjal itu sebagai lambang keburukan, kepalsuan, dan kebohongan...?" [Ibid, halaman 152]

Pendapat ini tertolak karena hadits-haditsnya secara tegas dan jelas menunjukkan bahwasanya Dajjal itu adalah seseorang lelaki yang ada wujudnya dan tidak ada satu pun indikasi yang menunjukkan bahwa ia hanya sekadar lambang banyaknya khurafat, kebohongan dan kebatilan. Dalam riwayat-riwayat tersebut tidak terdapat kontradiksi karena semuanya dapat dikompromikan. Dan telah saya jelaskan di muka bahwa pertama kali Dajjal akan muncul dari Ashbahan dari arah Khurasan yang semuanya berada di kawasan timur. Dan telah saya jelaskan pula perihal Ibnu Shayyad, apakah dia Dajjal atau bukan, serta telah saya sebutkan juga perkataan para ulama mengenai ini.

Bila telah demikian jelas masalahnya, dan bahwa dalam riwayat-riwayat itu tidak terdapat kontradiksi dan kegoncangan baik mengenai tempat kemunculannya maupun waktu kemunculannya. maka tidak ada satu pun alasan yang mendukung pendapat kedua beliau itu (Syekh Muhammad Abduh dan Syekh Abu Ubayyah). Apalagi dengan adanya hadits-hadits yang menunjukkan sifat-sifatnya dan ciri-cirinya bahwa dia sebagai yang sebenarnya.

Lebih-lebih lagi Abu Ubayyah sendiri tidak konsisten dalam perkataannya hingga tampak kontradiktif dalam mengomentari hadits-hadits Dajjal dalam kitab An Nihayah fil fitan wal malahim karya lbnu Katsir. Misalnya komentar beliau terhadap sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Di antara kedua matanya terdapat tulisan kafir yang dapat dibaca oleh setiap orang yang membenci perbuatanyan atau setiap orang yang beriman.''seraya beliau bersabda: "Kalian semua tahu bahwa tak seoraug pun dari kalian yang dapat melihat Rabbnya hingga ia meninggal dunia " dalam mengomentari hadits ini Abu Ubayyah berkata. "Ini menunjukkan kebohongan Dajjal yang mengaku sebagai Tuhan. Mudah-mudahan Allah menghancurkan dia dan menimpakan kemarahan dan laknat-Nya kepadanya." [An-Nihayah 1:89]

Dengan perkataannya ini Abu Ubayyah berpendapat bahwa Dajjal itu adalah manusia yang sebenarnya yang mengaku sebagai tuhan, dan beliau mendo’akan agar dia dibenci dan dilaknat oleh Allah. Dan di tempat lain beliau tidak mengakui Dajjal sebagai manusia yang sebenarnya. Melainkan hanya perlambang keburukan dan fitnah. Perkataan atau pendapat beliau ini jelas kontradiktif.

Dan saya berharap mudah-mudahan mereka tidak terkena sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Sesungguhnya sesudahmu nanti akan ada kaum yang mendustakan hukuman rajam, Dajjal, syafa 'at, adzab kubur, dan kaum yang dikeluarkan dari neraka setelah mereka disiksa di dalamnya." [Musnad Ahmad 1: 223 dengan tahqiq Ahmad Syakir. Beliau berkata, "Isnadnya shahih."]

Dalam pembahasan yang akan datang akan dibicarakan keluar biasaan Dajjal, perintah berta 'awwudz (mohon perlindungan) dari fitnahnya, berita tentang kehancurannya, yang semuanya itu menunjukkan secara qath'i bahwa Dajjal adalah manusia yang sebenarnya.

[Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]

Sumber : klik disini

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Aqidah Hadits Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Perjalan Hidup

Saudaraku..., Jangan Kau Buat Allah Cemburu!



Bismillah,
Segala puji bagi Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Sang pembawa lentera ilmu dan bimbingan. Demikian pula semoga dicurahkan kepada para sahabatnya yang berjihad dengan segenap harta dan diri mereka di jalan-Nya, begitu pula para pengikut mereka di sepanjang masa. Amma ba’du.

Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, suatu saat dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/28] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin itu merasa cemburu, sedangkan Allah lebih besar rasa cemburunya -daripada dirinya-.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/29] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Kapan Allah cemburu?
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah merasa cemburu. Dan seorang mukmin pun merasa cemburu. Adapun kecemburuan Allah itu akan bangkit tatkala seorang mukmin melakukan sesuatu yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/28] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satupun sosok yang lebih menyukai pujian kepada dirinya dibandingkan Allah. Oleh sebab itulah Allah pun memuji diri-Nya sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang lebih punya rasa cemburu dibandingkan Allah, dikarenakan itulah maka Allah pun mengharamkan perkara-perkara yang keji.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/27] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Kapan Allah gembira?
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, Allah sangat-sangat bergembira terhadap taubat salah seorang di antara kalian jauh melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian di saat ia berhasil menemukan kembali ontanya yang telah menghilang.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/13] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, Allah jauh-jauh lebih bergembira terhadap taubat hamba-Nya ketika dia bertaubat kepada-Nya daripada salah seorang dari kalian yang suatu saat mengendarai hewan tunggangannya di suatu padang yang luas namun tiba-tiba hewan itu lepas darinya. Padahal di atasnya terdapat makanan dan minumannya. Dia pun berputus asa untuk bisa mendapatkannya kembali. Lalu dia mendatangi sebuah pohon kemudian berbaring di bawah naungannya dengan perasaan putus asa dari memperoleh tunggangannya tadi. Ketika dia sedang larut dalam perasaan semacam itu, tiba-tiba hewan tadi telah ada berdiri di sisinya. Lalu dia pun meraih tali pengikat hewan tadi, dan karena saking bergembiranya dia pun berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabbmu.’ Dia salah berucap gara-gara saking gembiranya. “ (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/16] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Allah amat menyayangi kalian!
Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa suatu ketika didatangkan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serombongan tawanan perang. Ternyata ada seorang perempuan yang ikut dalam rombongan itu. Dia sedang mencari-cari sesuatu -yaitu anaknya, pent-. Setiap kali dia menjumpai bayi di antara rombongan tawanan itu maka dia pun langsung mengambil dan memeluknya ke perutnya dan menyusuinya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepada kami, “Apakah menurut kalian perempuan ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”. Maka kamipun menjawab, “Tentu saja dia tidak akan mau melakukannya, demi Allah. Walaupun dia sanggup, pasti dia tidak mau melemparkan anaknya -ke dalamnya-.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Sungguh, Allah jauh lebih menyayangi hamba-hamba-Nya dibandingkan -kasih sayang- perempuan ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/21] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Bertaubatlah, sekarang juga!
Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar orang yang berbuat dosa di siang hari segera bertaubat. Dan Allah bentangkan tangan-Nya di waktu siang agar orang yang berbuat dosa di waktu malam hari segera bertaubat. Sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/26] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan dimaafkan kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Termasuk perbuatan dosa yang terang-terangan yaitu apabila seorang hamba pada malam hari melakukan perbuatan (dosa) lalu menemui waktu pagi dalam keadaan dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya, namun setelah itu dia justru mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu’. Padahal sepanjang malam itu Rabbnya telah menutupi aibnya sehingga dia pun bisa melalui malamnya dengan dosa yang telah ditutupi oleh Rabbnya itu. Akan tetapi pagi harinya dia justru menyingkap tabir yang Allah berikan untuk menutupi aibnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/225] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Jangan sepelekan maksiat
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya kalian akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dalam pandangan mata kalian hal itu lebih ringan daripada helaian rambut. Sementara kami dulu di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya termasuk perkara-perkara yang membinasakan.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari [11/372] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba bisa saja hanya mengucapkan suatu kalimat namun hal itu menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/234] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Tanda kiamat sudah dekat
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat.” Ada yang berkata, “Bagaimanakah -contoh bentuk- penyia-nyiaannya wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari [11/377] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Jangan hanya bicara, amalkan ilmu
Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat didatangkan seorang lelaki lalu dilemparkan ke dalam neraka. Maka usus perutnya pun terburai lalu dia pun berputar-putar dengannya sebagaimana halnya seekor keledai yang mengelilingi alat penggiling. Maka para penduduk neraka pun berkeumpul mengerumuninya. Mereka mengatakan, ‘Wahai fulan, apa yang terjadi padamu. Bukankah dulu kamu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar?’. Dia menjawab, ‘Benar. Aku dulu memang memerintahkan yang ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya. Dan aku juga melarang dari yang mungkar namun aku sendiri justru melakukannya.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/235] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Sabar, Dunia hanya sebentar
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/214] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga diliputi oleh perkara-perkara yang terasa tidak menyenangkan, sedangkan neraka diliputi oleh perkara-perkara yang terasa menyenangkan hawa nafsu.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/101] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, tiada kehidupan yang sejati melainkan kehidupan akherat…” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/260] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H).

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berusaha menjaga kehormatannya maka Allah pun akan mengaruniakan iffah/terjaganya kehormatan kepadanya. Barangsiapa yang melatih diri untuk bersabar maka Allah akan jadikan dia penyabar. Barangsiapa yang melatih diri untuk senantiasa merasa cukup maka niscaya Allah akan beri kecukupan untuk dirinya. Tidaklah kalian diberikan suatu karunia yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/343] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Jangan tertipu oleh dunia!
Amr bin Auf radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kemiskinan yang kukhawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi sesungguhnya yang kukhawatirkan menimpa kalian adalah ketika dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian sehingga kalian pun berlomba-lomba untuk meraupnya sebagaimana dahulu mereka berlomba-lomba mendapatkannya. Dan dunia mencelakakan kalian sebagaimana dulu dunia telah mencelakakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/216] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003 dan Fath al-Bari [11/274] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak awal tiba di Madinah tidak pernah sampai merasakan kenyang karena menyantap hidangan gandum halus selama tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/327] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memakan dua jenis makanan dalam sehari kecuali salah satunya pasti kurma kering.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/329] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Ikhlaslah!
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku bersama dengan diri-Ku maka akan Kutinggalkan dia bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/232] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya jiwanya (merasa cukup), dan tersembunyi (tidak suka menonjol-nonjolkan diri, pent).” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/220] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan yang sejati itu kekayaan yang berupa melimpahnya perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan di dalam hati -merasa cukup dengan pemberian Allah, pent-.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/306] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Kenikmatan tiada tara menanti di sana…
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang soleh kenikmatan yang belum pernah dilihat mata, belum pernah terdengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/102] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu senang dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan kepemudaannya tidak akan habis.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/110] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga dan para penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka didatangkanlah kematian hingga diletakkan di antara surga dan neraka, kemudian kematian itu disembelih. Lalu ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk neraka, kematian sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah gembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/120-121] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Saudariku, jangan kau seperti mereka!
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kelompok manusia calon penghuni neraka yang belum pernah kulihat keduanya. Suatu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukuli manusia. Dan kaum perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang menyimpang dan mengajak orang lain untuk ikut menyimpang. Kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga, dan tidak akan mencium baunya. Padahal baunya akan bisa tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/124] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Kiamat terlalu dahsyat untuk dibayangkan!
Aisyah radhiyallahu’anha meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Maka Aisyah mengatakan, “Wahai Rasulullah, perempuan dan laki-laki dikumpulkan menjadi satu? Tentu saja mereka akan saling melihat satu dengan yang lain.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya urusan di waktu itu lebih dahsyat sehingga tidak sempat bagi mereka untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/126] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Istiqomahlah!
‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Amal yang paling disenangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/332] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbuatlah sebaik dan selurus mungkin dan lakukan apa yang paling mendekati ideal. Ketahuilah sesungguhnya bukan amal kalian semata yang bisa memasukkan kalian ke surga. Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling kontinyu walaupun hanya sedikit.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/335] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Demikianlah yang bisa kami sajikan ke hadapan para pembaca yang mulia, dengan harapan Allah berkenan untuk mengaruniakan petunjuk dan bimbingan-Nya ke dalam hati kita sehingga akan semakin meningkatkan rasa cinta kita kepada-Nya, harap dan takut serta tawakal hanya kepada Rabb alam semesta. Teriring doa semoga Allah mengampuni semua dosa kita di masa lalu, dan semoga Allah -Yang Maha Pemberi petunjuk- menuntun kita agar tetap berjalan di atas shirathal mustaqim sampai ajal tiba. Akhirnya, segala puji bagi Allah yang dengan karunia-Nya segala kebaikan bisa menjadi terlaksana. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.

Sumber : klik disini

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Fatwa Hadits Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Remaja

Buat Saudaraku Penghisap Api



Bismillah,
Banyak orang yang tidak mengetahui atau tidak mau tahu tentang apa itu hukum dari rokok, sehingga banyak dari kita yang terjerumus ke dalamnya dan tanpa merasa malu lagi untuk menghisap rokok ini di depan umum.

Sesungguhnya apa hukum rokok itu???

Sesungguhnya Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk memakan dengan makanan yang

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Remaja

Saudaraku (Generasi Muda)..., Kalian Mau Kemana?



Bismillah,
Masa muda adalah masa yang penuh dengan tanda tanya. Karena perjalanan masa muda merupakan kesempatan emas bagi siapa saja yang ingin merusak atau membangun peradaban umat manusia.

Kita lihat, orang-orang yang ingin menjauhkan kaum muda dari agamanya berupaya sekuat tenaga untuk menyuguhkan berbagai sajian ‘menarik’ untuk menjebak dan menjerumuskan mereka ke lembah kehancuran akhlak dan masa depan mereka. Semoga Allah tidak memperbanyak golongan perusak semacam mereka…

Di sisi lain, kita juga melihat ada sebagian kalangan yang berupaya -dengan segala keterbatasan yang ada- untuk membendung arus pemikiran dan gaya hidup menyimpang yang tengah disebarluaskan di tengah generasi muda umat ini. Semoga Allah meneguhkan mereka dan melipatgandakan pahala atas kesabaran dan keikhlasan mereka…

Saudaraku, semoga Allah menyatukan kita di atas jalan yang lurus... Kemerosotan akhlak generasi muda adalah persoalan yang harus diatasi. Kita tidak hanya berbicara mengenai akhlak mereka kepada sesama, bahkan akhlak mereka kepada Allah ta’ala, Dzat yang telah menciptakan dan mencurahkan berbagai macam nikmat kepada mereka.

Belum lama kita dengar slogan-slogan kekafiran yang muncul di antara pemuda negeri ini. Seperti contohnya ungkapan, “Area bebas tuhan”, “Tidak ada hukum tuhan”, “Semua agama benar” dan lontaran-lontaran aneh bin sesat lainnya yang sangat menyakitkan untuk diceritakan. Apa ini kalau bukan buah makar setan dan bala tentaranya dari kalangan manusia yang berusaha untuk merongrong akidah dan keimanan kaum muslimin terutama generasi mudanya?!

Demikian juga, kalau kita melihat dari sisi yang lain, munculnya arus pemikiran ekstrim di tengah para pemuda yang disebarluaskan oleh sebagian ‘kaum tua’. Mereka yang berbicara seolah-olah semua orang selain kelompoknya adalah kafir seluruhnya. Mereka yang berbicara seolah-olah pemerintah umat ini tidak ada kebaikannya sama sekali. Mereka yang berbicara seolah-olah para pemimpin kaum muslimin semuanya adalah para pengkhianat rakyatnya. Mereka yang berbicara seolah-olah kekuasaan adalah segala-galanya. Mereka yang senantiasa membela aksi-aksi pengeboman yang menelan korban tak bersalah dengan dalih jihad dan perlawanan [?!]. Apakah ini kalau bukan buah makar setan dan bala tentaranya yang menggiring para pemuda ke jurang kebinasaan; melestarikan pemikiran ala khawarij yang membiarkan pemuja berhala bebas berkeliaran dan membantai kaum muslimin dengan alasan menegakkan keadilan?!

Saudaraku… pembinaan generasi muda di atas manhaj rabbani adalah perkara yang menjadi jawaban atas problematika yang kini tengah menghimpit mereka. Orang-orang yang bermanhaj rabbani adalah sebagaimana yang digambarkan oleh para ulama kita, “Yaitu orang-orang yang membimbing manusia dengan ilmu-ilmu yang mendasar sebelum ilmu-ilmu yang besar.” (lihat Shahih al-Bukhari).

Banyak kita saksikan, kalangan yang menawarkan solusi atas problematika generasi muda. Akan tetapi sedikit yang kita temukan bersesuaian dengan manhaj yang haq ini; manhaj Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam mendidik generasi muda secara khusus dan kaum muslimin secara umum. Padahal, Allah ta’ala telah memberikan jaminan kepada siapa saja yang konsisten mengikuti manhaj mereka dengan keberhasilan.

Bukankah Allah ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar, dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya, Allah pun mempersiapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100)

Inilah ayat yang menjadi syi’ar pengikut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadi ganjalan hati bagi orang-orang munafik dan musuh-musuh Islam. Ayat yang mengajak umat ini untuk merasa cukup dengan manhaj/cara beragama yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabat. Ajaran yang telah sempurna dan dapat diterapkan pada kondisi serta masa yang berbeda-beda. Ajaran yang menjamin pengikutnya sehingga tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123)

Maka musuh-musuh Islam pun berusaha keras untuk menjauhkan generasi muda dari manhaj yang haq ini. Mereka tawarkan berbagai macam wacana dan pemikiran demi mengacaukan pola berpikir dan gaya hidup anak muda. Bukan ilmu-ilmu mendasar yang mereka berikan, akan tetapi ilmu-ilmu yang lebih layak disebut sebagai racun pemikiran dan bisikan setan. Terkadang ayat dan hadits pun tidak segan mereka plintir maknanya demi mencocokkan dengan pemikiran mereka. Bahkan, yang lebih parah lagi ada yang terang-terangan lebih mendahulukan akalnya daripada ayat-ayat al-Qur’an..! Subhanallah… Mereka menuduh bahwa kepatuhan kepada dalil adalah bentuk kemalasan berpikir. Dengan kata lain, mereka ingin mengatakan bahwa tunduk kepada rasul secara total adalah sebuah ketololan…[?!] Sungguh ini adalah kedustaan yang sangat besar…

Tidak berhenti di situ saja. Bahkan, dibuatlah imej (kesan) bahwa orang-orang yang tekun menimba ilmu agama itu –apalagi sudah mengangkat celana di atas mata kaki dan memelihara jenggot bagi kaum lelaki dan mengenakan cadar bagi kaum perempuan– pada akhirnya akan menjadi orang-orang yang sesat dan membahayakan umat.

Kita tidak pungkiri bahwa banyaknya aliran dan firqah di tubuh kaum muslimin ini menyebabkan banyak anak muda yang salah jalan dalam beragama. Namun, merupakan sebuah sikap yang sangat keliru jika kemudian hal itu dijadikan alasan untuk berpaling dan tidak mau sama sekali mempelajari ilmu agama. Jelas, ini adalah sikap kekanak-kanakan… Dan inilah -wallahu a’lam- imej yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya diciptakan melalui media massa dan pemberitaan… Mereka tidak ingin generasi muda dekat dengan agamanya. Yang mereka inginkan adalah sosok generasi muda yang menjadi robot-robot penghasil uang dan konsumen fanatik demi melariskan produk-produk pemikiran dan kebudayaan barat yang jauh dari agama dan kesopanan…

Pada kondisi semacam ini, siapakah yang peduli terhadap nasib generasi muda umat ini? Akankah kita biarkan mereka buta tentang aqidah dan ajaran agamanya? Akankah kita biarkan mereka terseret oleh pemikiran ala iblis dan gaya hidup ala binatang? Dimanakah kecemburuan kita sebagai seorang muslim terhadap saudaranya? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana yang dicintainya bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari). Syaikh Yahya al-Hajuri -semoga Allah meluruskan langkah-langkahnya- berkata, “Maka menyampaikan kebaikan kepada umat manusia adalah termasuk bagian keimanan. Janganlah ada yang mengira bahwa dakwah ilallah ataupun ta’lim yang dilakukan oleh seseorang itu akan sia-sia belaka selama dia bersikap jujur kepada Allah -ikhlas dalam amalannya, pent-. Meskipun tidak ada seorang pun yang menerima dakwahmu maka kamu tetap mendapatkan pahala…” (Syarh al-Arba’in, hal. 105). Inilah saatnya, kita bahu-membahu untuk menyelamatkan generasi muda dari cengkeraman bahaya...!

Sumber : www.abumushlih.com

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting

Kiat Selamat dari Fitnah Internet



Bismillah,
Pesatnya perkembangan media komunikasi yang memudahkan interaksi di antara manusia di segala penjuru dunia, termasuk salah satu nikmat Allah yang wajib disyukuri. Di antara media komunikasi yang berkembang dengan pesat sekali adalah media internet yang merupakan media “wajib” yang manusia di zaman ini tidak bisa lepas darinya. Perkembangan ini tentu memiliki efek-efek yang positif dan negatif sesuai dengan acara-acara yang disebarkan oleh media ini. Maka internet sebagai salah satu produk kemajuan peradaban adalah ibarat sebuah pisau yang bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat dan bisa digunakan untuk hal yang membuat mudharat bagi manusia.

Realita yang ada menunjukkan bahwa banyak sekali faedah yang bisa diambil dari internet. Ia adalah media dakwah yang efektif dan menjangkau ke seluruh dunia. Begitu banyak perbendaharaan-perbendaharaan ilmu yang terekam dengan baik di internet baik dari para ulama mutaqoddimin (zaman dahulu) dan muta’akhkhirin (sekarang). Internet juga merupakan media yang sangat efektif di dalam mencari penghidupan dengan berbagai metode yang ditawarkan.

Akan tetapi, hal yang tidak boleh kita lupakan ialah bahwa para setan dari kalangan jin dan manusia juga memanfaatkan media internet ini untuk kepentingan-kepentingan mereka. Berapa banyak kejahatan-kejahatan yang berawal dari internet dan berapa banyak kemaksiatan-kemaksiatan yang berawal dari internet dan menyebar menyebar secepat kilat ke segala penjuru dunia tanpa bisa dibendung.

Lalu bagaimanakah seorang muslim menyikapinya?

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

2 Komentar

Adab Aqidah Manhaj Nasehat Penting

Hukum Mempermainkan Nama Allah, Al Qur'an Dan Rasul



Bismillah,
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… [At Taubah : 65-66].

Diriwayatkan dari lbnu Umar, Muhammad bin Ka'ab, Zaid bin Aslam dan Qatadah secara ringkas. Ketika dalam peristiwa perang Tabuk ada orang-orang yang berkata

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

4 Komentar

Adab Amalan Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting

Menggapai Ridha Allah Dengan Berbakti Kepada Orang Tua



Bismillah,
Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa' ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Hadits Nasehat Penting Pernikahan Remaja

Pengen Nikah...,



Bismillah,
Di zaman ini tidak ragu lagi penuh godaan di sana-sini. Di saat wanita-wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Di saat kaum hawa banyak yang tidak lagi berpakaian sopan dan syar’i. Di saat perempuan lebih senang menampakkan betisnya daripada mengenakan jilbab yang menutupi aurat. Tentu saja pria semakin tergoda dan punya niatan jahat, apalagi yang masih membujang. Mau membentengi diri dari syahwat dengan puasa amat sulit karena ombak fitnah pun masih menjulang tinggi. Solusi yang tepat di kala mampu secara fisik dan finansial adalah dengan menikah.

Menyempurnakan Separuh Agama

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

1 Komentar

Hadits Hutang Imbauan kepada umat Islam Jual Beli Nasehat Penting

Awas Hutang!!



Bismillah.

Allahumma yassir wa a'in.

Dalam rubrik "Tanya-Jawab" di situs www.KonsultasiSyariah.com, kami sering kali mendapatkan keluhan tentang utang. Tak jarang, ada yang menceritakan wasiat dukun dalam keluhannya. Ada yang pakai jurus pesugihan "Al-Fatihah", ada yang pakai wirid-wirid bikinan Pak Kiai. Beraneka ragam cara orang untuk mendapatkan uang dengan instan dalam posisi kepepet.

Pembaca yang budiman, mungkin ini telah menjadi ciri khas manusia. Di saat kepepet, aturan syariat menjadi nomor sekian. Meskipun harus mengorbankan iman, segalanya siap untuk diterjang. Yang penting, masalah bisa cepat hilang. Sungguh, potret para pecundang, yang sangat minim rasa sabarnya ketika menerima ujian dari Allah.

Menyoal prinsip instan untuk lepas dari masalah dengan mengorbankan akidah, yang marak dilakukan masyarakat, saya teringat penjelasan ulama tentang perbedaan pelaku syirik di masa jahiliah dengan pelaku syirik masa kini. Di antara perbedaan yang mereka sebutkan: orang musyrikin masa silam hanya melakukan kesyirikan ketika dalam kondisi lapang. Sementara, dalam kondisi terjepit dan kepepet, mereka tidak berbuat syirik. Dalilnya adalah firman Allah,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Apabila mereka (orang musyrikin) naik perahu (dan mereka diombang-ambing oleh ombak), mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Namun, tatkala Allah selamatkan mereka ke daratan, ternyata, mereka kembali berbuat syirik.” (Q.S. Al-Ankabut:65)

Contoh ayat lain yang semisal dengan ayat di atas adalah firman Allah di surat Luqman, ayat 32.

Kebalikan dari kondisi tersebut adalah keadaan masyarakat di zaman ini. Mereka tega untuk menjual iman dalam semua keadaan. Terutama, ketika lagi kepepet dan butuh pemecahan masalah yang cepat. Karena itu, rata-rata, pasien klinik perdukunan adalah orang yang lagi kepepet.

Kita sepakat bahwa utang adalah masalah, rajin berutang adalah penyakit. Lebih-lebih, ketika banyak lembaga keuangan konvensional yang membuka lebar-lebar pintu untuk berhutang. Penyebaran kartu kredit, yang begitu marak, telah menjadi media paling ampuh dalam penyebaran "virus utang". Mari kita simak beberapa hadis berikut. Semoga ini bisa membuat kita semakin "merinding" untuk berutang.

Pertama: Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

نَفْسُ المُؤْمِن مُعَلَّقَةٌ بِدَينِهِ حَتَّى يُقضَى عَنهُ

"Jiwa seorang mukmin tergantung karena utangnya, sampai (utang itu) dilunasi." (H.R. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad; dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami' Ash-Shaghir, no. 6779)

Kedua: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa memohon perlindungan agar tidak terlilit utang. Di antara doa beliau,

اللَّهُمَّ إِنّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأثَمِ وَالـمَـغْــرَمِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan utang.”

Seorang sahabat bertanya, "Mengapa Anda, wahai Rasulullah, sering memohon perlindungan dari lilitan utang (dengan membaca doa di atas)?"

Beliau menjawab,

إن الرجل إذا غرم حدث فكذب ووعد فأخلف

“Sesungguhnya, apabila seseorang terlilit utang, jika dia berbicara maka dia berdusta dan jika dia berjanji maka dia ingkari.” (H.R. Bukhari, no. 798)

Ketiga: Dosa orang yang mati syahid akan diampuni oleh Allah, kecuali utang.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku terhapus?"

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,

نَعَم، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُـحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلَّا الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيهِ السَّلَامُ قَالَ لِي ذَلِكَ

“Ya, jika kamu bersabar, mengharap pahala dari Allah, tetap maju, dan tidak melarikan diri. Kecuali, utang. Begitulah Malaikat Jibril menyampaikan kepadaku.” (H.R. Muslim, no. 1885)

Keempat: Utang menjadi penghalang untuk masuk surga.

Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu 'anhu, "Suatu ketika, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menengadah ke langit, kemudian beliau bersabda,

سبحان الله ماذا نزل من التشديد

'Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ....'

Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?'

Beliau menjawab,

والذي نفسي بيده ، لو أن رجلا قُتِلَ في سبيل الله، ثم أُحْييَ ، ثم قُتِلَ ، ثم أُحْييَ، ثم قُتِلَ وعليه دَيْنٌ ، ما دخل الجنة حتى يُقضَى عنه دَينُه

'Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'" (H.R. An-Nasa'i dan Ahmad; dinilai hasan oleh Al-Albani)

Kelima: Utang menjadi beban bagi jiwa.

Dari Uqbah bin Amir radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُخِيفُوا أَنْفُسَكُم بَعْدَ أَمْنِهَا. قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: الدَّيْنَ

“Janganlah kalian menakut-nakuti diri kalian setelah mendapatkan keamanan.” Para sahabat bertanya, "Apa itu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, “Utang.” (H.R. Ahmad; dinilai hasan oleh Al-Albani)

Solusi untuk bebas dari utang

Kita yakin, semua orang mengidam-idamkan hal ini: hidup bebas tanpa beban utang. Lalu, bagaimana jika sudah terlibat utang?
1. Yakini bahwa semua ini adalah ujian dari Allah. Anda harus berusaha sabar, karena Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan manusia.
2. Jangan sampai terbetik, dalam diri kita, sikap su'uzhzhan (buruk sangka) kepada Allah, semacam anggapan bahwa Allah sudah tidak lagi sayang kepada Anda. Lebih-lebih, muncul anggapan, "Allah tidak adil." Karena itu, jaga hati baik-baik.
3. Hindari semua tindakan yang justru akan memperparah keadaan Anda, seperti: pergi ke dukun, mencari pesugihan, tirakat, mengamalkan wirid-wirid tanpa dalil, dan solusi instan lainnya. Pilihan ini tidak akan menjadikan Anda lebih baik. Karena itu, hindari sejauh-jauhnya.
4. Hadapi ujian ini dengan berani, jangan melarikan diri, lebih-lebih bunuh diri. Semua ini akan menyusahkan keluarga Anda. Ingat, hukuman akhirat jauh lebih berat! Mengambil solusi ini justru menjerumuskan Anda ke dalam ancaman hadis berikut,

من أخذ أموال الناس يريد أداءها أدى الله عنه ومن أخذ يريد إتلافها أتلفه الله عليه

"Siapa saja yang meminjam harta orang lain dengan niat mengembalikannya, niscaya Allah akan melunasi utangnya. Siapa yang meminjam harta orang lain untuk memusnahkannya (dia habiskan) maka Allah akan memusnahkannya." (H.R. Bukhari)
5. Perbanyak memohon ampun kepada Allah. Bisa jadi, Allah menimpakan utang ini kepada kita disebabkan perbutan dosa yang banyak kita lakukan.
6. Bertekadlah untuk melunasi utang tersebut. Allah memberikan janji untuk melunasi utang orang yang bertekad menunaikannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

ما من أحد يدان دينا يعلم الله أنه يريد قضاءه إلا أداه الله عنه في الدنيا

"Tidaklah ada orang yang berutang, dan Allah mengetahui bahwa ia berniat melunasi utangnya, melainkan Allah akan melunasinya di dunia." (H.R. An-Nasa'i dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Al-Albani)
7. Selanjutnya, gunakan sarana yang mubah untuk mendapatkan uang, yang anda bisa lakukan. Semoga Allah memberkahi usaha Anda. Amin.

Sumber : www.PengusahaMuslim.com

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Pernikahan

Membina Rumah Tangga Harmonis



Bismillah,
Rumah tangga yang bahagia dan harmonis merupakan idaman bagi setiap mukmin. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi teladan kepada kita, mengenai cara membina keharmonisan rumah tangga. Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang paling baik. Dan seorang suami harus menyadari, bahwa dalam rumahnya itu ada pahlawan di balik layar, pembawa ketenangan dan kesejukan, yakni sang istri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

الدُّنْيَا كُلُّهَا مَتَاعٌ, وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ

Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia yaitu istri yang shalihah.

Pandai-Pandailah Merawat Istri
Oleh karena itu,

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

1 Komentar

Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Tafsir

Pesan Terpenting Bagi Manusia



Bismillah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ ٨:٢٩

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqân dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. [al-Anfâl/8:29]

ALLAH SUBHANAHU WA TA'LA MEMANGGIL DENGAN PANGGILAN YANG BAIK DAN MENARIK
Di ayat ini, Allah Azza wa Jalla memberikan contoh terbaik dalam mentarbiyah manusia agar mau menerima ajaran-ajaran-Nya. Allah Azza wa Jalla memanggil para hamba-Nya dengan sebutan terbaik ' wahai orang-orang yang beriman '. Setelah itu, perintah atau larangan datang menyertainya. Panggilan ini mencakup seluruh umat Islam dengan berbagai strata keimanannya. Baik mereka yang sudah mencapai derajat keimanan yang tinggi, atau masih berada dalam level pertengahan, maupun mereka yang keimanannya masih dangkal, mudah terpengaruh dengan fitnah-fitnah yang menerjang. Orang yang baru memeluk Islam pun termasuk di dalamnya. Intinya, seluruh kaum mukminin dengan beragam tingkat keimanannya masuk dalam konteks ayat ini.

Penggunaan bentuk khithâb (arah pembicaraan) demikian ini mengandung dua manfaat sekaligus pada diri mukhâthab (kaum mukminin).
Pertama :

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Imbauan kepada umat Islam Penting Sholat

Menggerakkan Telunjuk Saat Tasyahhud



Bismillah,
Pertanyaan:
Melihat dalam praktek sholat, ada sebagaian orang yang menggerak-gerakkan jari telunjuknya ketika tasyahud dan ada yang tidak menggerak-gerakkan. mana yang paling rojih (kuat) dalam masalah ini dengan uraian dengan dalilnya?.

Jawab:
Permasalahan-permasalahan seperti ini, yang berkembang ditengah masyarakat merupakan salah satu permasalahan yang perlu dibahas secara ilmiah. Dalam kondisi mayoritas masyarakat yang jauh dari tuntunan agamanya, ketika mereka menyaksikan masalah-masalah sepertinya sering terjadi debat mulut dan mengolok-olok yang lainnya yang kadang berakhir dengan permusuhan atau perpecahan. Hal ini merupakan fenomena yang sangat menyedihkan tatkala akibat yang terjadi hanya disebabkan oleh perselisihan pendapat dalam masalah furu’, padahal kalau mereka memperhatikan karya-karya para ulama seperti kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab karya Imam An-Nawawy. Kitab Al-Mughny karya Imam Ibnu Qudamah, kitab Al-Ausath karya Ibnu Mundzir, Ikhtilaful Ulama karya Muhammad bin Nashr Al-Marwazy dan lain-lainnya, niscaya mereka akan menemukan para ulama telah berbeda pendapat dalam masalah ibadah, muamalah dan lain-lainnya, akan tetapi hal tersebut tidak menimbulkan perpecahan maupun permusuhan dikalangan para ulama. Maka kewajiban setiap muslim dan muslimah mengambil segala perkara dengan dalilnya. Wallahul Musta’an.
Adapun masalah menggerak-gerakkan jari telunjuk ketika tasyahud atau tidak mengerak-gerakkannya, rincian masalah ini sebagai berikut :

Hadits-hadits yang menjelaskan tentang keadaan jari telunjuk ketika tasyahud ada tiga jenis :
i. Ada yang menjelaskan bahwa jari telunjuk tidak digerakkan sama sekali.
ii. Ada yang menjelaskan bahwa jari telunjuk digerak-gerakkan
iii. Ada yang menjelaskan bahwa jari telunjuk hanya sekedar diisyaratkan (menelunjuk) dan tidak dijelaskan apakah digerak-gerakkan atau tidak.

Perlu diketahui bahwa hadits-hadits yang menjelaskan tentang keadaan jari telunjuk kebanyakan menjelaskan jenis yang ketiga dan tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama dan tidak diragukan lagi akan shohihnya hadits-hadits yang menjelaskan jenis yang ketiga. Karena hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary, Imam Muslim dan lain-lainnya, dari beberapa orang sahabat seperti ‘Abdullah bin Zubair, ‘Abdullah bin ‘Umar, Abu Muhamsmad As-Sa’idy, Wail Bin Hujur, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lain-lainnya.
Maka yang perlu dibahas disini hanyalah derajat hadits-hadits jenis pertama (tidak digerak-gerakkan) dan derajat hadits yang kedua (digerak-gerakkan).

Hadits-Hadits Yang Menyatakan Jari Telunjuk Tidak Digerakkan Sama Sekali
Sepanjang pemeriksaan kami ada dua hadits yang menjelaskan hal tersebut.

HADITS PERTAMA

أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم كان يشير بأصبعه إذا دعا ولا يحركها
“Sesungguhnya Nabi  beliau berisyarat dengan telunjuknya bila beliau berdoa dan beliau tidak mengerak-gerakkannya”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunan-nya no.989, An-Nasai dalam Al-Mujtaba 3/37 no.127, Ath-Thobarany dalam kitab Ad-Du’a no.638, Al-Baghawy dalam Syarh As-Sunnah 3/177-178 no.676. Semua meriwayatkan dari jalan Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij dari Muhammad bin ‘Ajlan dari ‘Amir bin ‘Abdillah bin Zubair dari ayahnya ‘Abdullah bin Zubair… kemudian beliau menyebut hadits di atas.

Derajat Rawi-Rawi Hadits Ini Sebagai Berikut :
 Hajjaj bin Muhammad. Beliau rawi tsiqoh (terpercaya) yang tsabt (kuat) akan tetapi mukhtalit (bercampur) hafalannya diakhir umurnya, akan tetapi hal tersebut tidak membahayakan riwayatnya karena tidak ada yang mengambil hadits dari beliau setelah hafalan beliau bercampur. Baca : Al-Kawakib An-Nayyirot, Tarikh Baghdad dan lain-lainnya.
 Ibnu Juraij. Nama beliau ‘Abdul Malik bin ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij Al-Makky seorang rawi tsiqoh tapi mudallis akan tetapi riwayatnya disini tidak berbahaya karena beliau sudah memakai kata أخبرني (memberitakan kepadaku).
 Muhammad bin ‘Ajlan. Seorang rawi shoduq (jujur).
 ‘Amir bin ‘Abdillah bin Zubair. Kata Al-Hafidz dalam Taqrib beliau adalah tsiqoh ‘abid (terpercaya, ahli ibadah).
 ‘Abdullah bin Zubair. Sahabat.

Derajat Hadits:
Rawi-rawi hadits ini adalah rawi yang dapat dipakai berhujjah akan tetapi hal tersebut belumlah cukup menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang shohih atau hasan sebelum dipastikan bahwa hadits ini bebas dari ‘Illat (cacat) dan tidak syadz. Dan setelah pemeriksaan ternyata lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan) ini adalah lafadz yang syadz.
Sebelum kami jelaskan dari mana sisi syadznya lafadz ini, mungkin perlu kami jelaskan apa makna syadz menurut istilah para Ahlul Hadits. Syadz menurut pendapat yang paling kuat dikalangan Ahli Hadits ada dua bentuk :
 Pertama : Syadz karena seorang rawi yang tidak mampu bersendirian dalam periwayatan.
 Kedua : Syadz karena menyelisihi.
Dan yang kami maksudkan disini adalah yang kedua. Dan pengertian syadz dalam bentuk kedua adalah
رواية المقبول مخالفا لمن هو أولى منه
“Riwayat seorang maqbul (yang diterima haditsnya) menyelisihi rawi yang lebih utama darinya”.
Maksud “rawi maqbul” adalah rawi derajat shohih atau hasan. Dan maksud “rawi yang lebih utama” adalah utama dari sisi kekuatan hafalan, riwayat atau dari sisi jumlah. Dan perlu diketahui bahwa syadz merupakan salah satu jenis hadits dho’if (lemah) dikalangan para ulama Ahli Hadits.
Maka kami melihat bahwa lafadz ‘laa yuharrikuha’ (tidak digerak-gerakkan) adalah lafadz yang syadz tidak boleh diterima sebab ia merupakan kekeliruan dan kesalahan dari Muhammad bin ‘Ajlan dan kami menetapkan bahwa ini merupakan kesalahan dari Muhammad bin ‘Ajlan karena beberapa perkara :
1. Muhammad bin ‘Ajlan walaupun ia seorang rawi hasanul hadits (hasan hadits) akan tetapi ia dikritik oleh para ulama dari sisi hafalannya.
2. Riwayat Muhammad bin ‘Ajlan juga dikeluarkan oleh Imam Muslim dan dalam riwayat tersebut tidak ada penyebutan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan).
3. Empat orang tsiqoh (terpercaya) meriwayatkan dari Muhammad bin ‘Ajlan dan mereka tidak menyebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan). Empat rawi tsiqoh tersebut adalah :
a. Al-Laits bin Sa’ad, riwayat dikeluarkan oleh Muslim no.133 dan Al-Baihaqy dalam Sunannya 2/131.
b. Abu Khalid Al-Ahmar, riwayat dikeluarkan oleh Muslim no.133, Ibnu Abi Syaibah 2/485, Abu Ahmad Al-Hakim dalam Syi’ar Ashabul Hadits hal.62, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan 5/370 no.1943, Ibnu Abdil Bar dalam At-Tamhid 13/194, Ad-Daraquthny dalam Sunannya 1/349, dan Al-Baihaqy 2/131, ‘Abd bin Humaid no.99.
c. Yahya bin Sa’id Al-Qoththon, riwayatnya dikeluarkan oleh Abu Daud no.990, An-Nasai 3/39 no.1275 dan Al-Kubro 1/377 no.1198, Ahmad 4/3, Ibnu Khuzaimah 1/350 no.718, Ibnu Hibban no.1935, Abu ‘Awanah 2/247 dan Al-Baihaqy 2/132.
d. Sufyan bin ‘Uyainah, riwayatnya dikeluarkan oleh Ad-Darimy no.1338 dan Al-Humaidy dalam Musnadnya 2/386 no.879.
Demikianlah riwayat empat rawi tsiqoh tersebut menetapkan bahwa riwayat sebenarnya dari Muhammad bin ‘Ajlan tanpa penyebutan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan) akan tetapi Muhammad bin ‘Ajlan dalam riwayat Ziyad bin Sa’ad keliru lalu menyebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan).
4. Ada tiga orang rawi yang juga meriwayatkan dari ‘Amir bin ‘Abdullah bin Zubair sebagaimana Muhammad bin ‘Ajlan juga meriwayatkan dari ‘Amir ini akan tetapi tiga orang rawi tersebut tidak menyebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan), maka ini menunjukkan bahwa Muhammad bin ‘Ajlan yang menyebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan) telah menyelisihi tiga rawi tsiqoh tersebut, maka riwayat mereka yang didahulukan dan riwayat Muhammad bin ‘Ajlan dianggap syadz karena menyelisihi tiga orang tersebut. Tiga orang ini adalah :
a. ‘Utsman bin Hakim, riwayatnya dikeluarkan oleh Muslim no.112, Abu Daud no.988, Ibnu Khuzaimah 1/245 no.696, Ibnu Abdil Bar dalam At-Tamhid 13/194-195 dan Abu ‘Awanah 2/241 dan 246.
b. Ziyad bin Sa’ad, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Humaidy 2/386 no.879.
c. Makhromah bin Bukair, riwayatnya dikeluarkan oleh An-Nasai 2/237 no.1161 dan Al-Baihaqy 2/132.

Maka tersimpul dari sini bahwa penyebutan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan) dalam hadits ‘Abdullah bin Zubair adalah syadz dan yang menyebabkan syadznya adalah Muhammad bin ‘Ajlan. Walaupun sebenarnya kesalahan ini bisa berasal dari Ziyad bin Sa’ad atau Ibnu Juraij akan tetapi qorinah (indikasi) yang sangat kuat yang tersebut diatas menunjukkan bahwa kesalahan tersebut berasal dari Muhammad bin ‘Ajlan. Wallahu A’lam.

HADITS YANG KEDUA

عن بن عمر أنه كان يضع يده اليمنى على ركبته اليمنى ويده اليسرى على ركبته اليسرى ويشير بإصبعه ولا يحركها ويقول إنها مذبة الشيطان ويقول كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفعله
“Dari Ibnu ‘Umar -radhiyallahu ‘anhu- adalah beliau meletakkan tangan kanannya di atas lutut kanannya dan (meletakkan) tangan kirinya diatas lutut kirinya dan beliau berisyarat dengan jarinya dan tidak menggerakkannya dan beliau berkata : “Sesungguhnya itu adalah penjaga dari Syaitan”. Dan beliau berkata : “adalah Rasulullah  mengerjakannya”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Ats-Tsiqot 7/448 dari jalan Katsir bin Zaid dari Muslim bin Abi Maryam dari Nafi’ dari Ibnu Hibban.

Derajat Hadits:
Seluruh rawi sanad Ibnu Hibban tsiqoh (terpercaya) kecuali Katsir bin Zaid. Para ulama ahli jarh dan ta’dil berbeda pendapat tentangnya. Dan kesimpulan yang disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar sudah sangat tepat menjelaskan keadaannya. Ibnu Hajar berkata : shoduq yukhtiu katsiran (jujur tapi sangat banyak bersalah), makna kalimat ini Katsir adalah dho’if tapi bisa dijadikan sebagai pendukung atau penguat. Ini ‘illat (cacat) yang pertama.
‘Illat yang kedua ternyata Katsir bin Zaid telah melakukan dua kesalahan dalam hadits ini.
Pertama : Dalam riwayatnya Katsir bin Zaid meriwayatkan dari Muslim bin Abi Maryam dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar. Dan ini merupakan kesalahan yang nyata, sebab tujuh rawi tsiqoh juga meriwayatkan dari Muslim bin Abi Maryam tapi bukan dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, akan tetapi dari ‘Ali bin ‘Abdurrahman Al-Mu’awy dari Ibnu ‘Umar. Tujuh rawi tersebut adalah :
1. Imam Malik, riwayat beliau dalam Al-Muwaththo’ 1/88, Shohih Muslim 1/408, Sunan Abi Daud no.987, Sunan An-Nasai 3/36 no.1287, Shohih Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no.193, Musnad Abu ‘Awanah 2/243, Sunan Al-Baihaqy 2/130 dan Syarh As-Sunnah Al-Baghawy 3/175-176 no.675.
2. Isma’il bin Ja’far bin Abi Katsir, riwayatnya dikeluarkan oleh An-Nasai 2/236 no.1160, Ibnu Khuzaimah 1/359 no.719, Ibnu Hibban no.1938, Abu ‘Awanah 2/243 dan 246 dan Al-Baihaqy 2/132.
3. Sufyan bin ‘Uyainah, riwayatnya dikeluarkan oleh Muslim 1/408, Ibnu Khuzaimah 1/352 no.712, Al-Humaidy 2/287 no. 648, Ibnu Abdil Bar 131/26.
4. Yahya bin Sa’id Al-Anshory, riwayatnya dikeluarkan oleh Imam An-Nasai 3/36 no.1266 dan Al-Kubro 1/375 no.1189, Ibnu Khuzaimah 1/352 no.712.
5. Wuhaib bin Khalid, riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad 273 dan Abu ‘Awanah 2/243.
6. ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Ad-Darawardy, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Humaidy 2/287 no.648.
7. Syu’bah bin Hajjaj, baca riwayatnya dalam ‘Ilal Ibnu Abi Hatim 1/108 no.292.
Kedua : Dalam riwayatnya Katsir bin Zaid menyebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan) dan ini merupakan kesalahan karena dua sebab :
1. Enam rawi yang tersebut di atas dalam riwayat mereka tidak menyebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan).
2. Dalam riwayat Ayyub As-Sikhtiany ‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-‘Umary dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar juga tidak disebutkan lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan). Baca riwayat mereka dalam Shohih Muslim no.580, At-Tirmidzy no.294, An-Nasai 3/37 no.1269, Ibnu Majah 1/295 no.913, Ibnu Khuzaimah 1/355 no.717, Abu ‘Awanah 2/245 no.245, Al-Baihaqy 2/130 dan Al-Baghawy dalam Syarh As-Sunnah 3/174-175 no.673-674 dan Ath-Thobarany dalam Ad-Du’a no.635.
Nampaklah dari penjelasan di atas bahwa hadits ini adalah hadits Mungkar. Wallahu A’lam.

Kesimpulan :
Seluruh hadits yang menyatakan jari telunjuk tidak digerak-gerakkan adalah hadits yang lemah tidak bisa dipakai berhujjah.

Hadits-Hadits Yang Menyatakan Bahwa Jari Telunjuk Digerak-Gerakkan

ثم قبض بين أصابعه فحلق حلقة ثم رفع إصبعه فرأيته يحركها يدعو بها
“Kemudian beliau menggenggam dua jari dari jari-jari beliau dan membuat lingkaran, kemudian beliau mengangkat jarinya (telunjuk-pent), maka saya melihat beliau mengerak-gerakkannya berdoa dengannya”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad 4/318, Ad-Darimy 1/362 no.1357, An-Nasai 2/126 no.889 dan 3/37 no.1268 dan dalam Al-Kubro 1/310 no.963 dan 1/376 no.1191, Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa’ no.208, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan 5/170 no.1860 dan Al-Mawarid no.485, Ibnu Khuzaimah 1/354 no.714, Ath-Thobarany 22/35 no.82, Al-Baihaqy 2/131 dan Al-Khatib Al-Baghdady dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/425-427. Semuanya meriwayatkan dari jalan Zaidah bin Qudamah dari ‘Ashim bin Kulaib bin Syihab dari ayahnya dari Wail bin Hujur.

Derajat Hadits:
Zhohir sanad hadits ini adalah hasan, tapi sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa sanad hadits yang hasan belum tentu selamat dari ‘illat (cacat) dan tidak syadz.
Berangkat dari sini perlu diketahui oleh pembaca bahwa hadits ini juga syadz dan penjelasan hal tersebut sebagai berikut : Zaidah bin Qudamah seorang rawi tsiqoh yang kuat hafalannya akan tetapi beliau telah menyelisihi dua puluh dua orang rawi yang mana kedua puluh dua orang rawi ini semua meriwayatkan dari ‘Ashim bin Kulaib bin Syihab dari ayahnya dari Wail bin Hujur. Dan dua puluh dua rawi tersebut tidak ada yang menyebutkan lafadz yuharrikuha (digerak-gerakkan).
Dua puluh dua rawi tersebut adalah :
1. Bisyr bin Al-Mufadhdhal, riwayatnya dikeluarkan oleh Abu Daud 1/465 no.726 dan 1/578 no.957 dan An-Nasai 3/35 no.1265 dan dalam Al-Kubro 1/374 no.1188 dan Ath-Thobarany 22/37 no.86.
2. Syu’bah bin Hajjaj, riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad 4/316 dan 319, Ibnu Khuzaimah dalam Shohihnya 1/345 no.697 dan 1/346 no.689, Ath-Thobarany 22/35 no.83 dan dalam Ad-Du’a n0.637 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/430-431.
3. Sufyan Ats-Tsaury, riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad 4/318, An-Nasai 3/35 no.1264 dan Al-Kubro 1/374 no.1187 dan Ath-Thobarany 22/23 no.78.
4. Sufyan bin ‘Uyyainah, riwayatnya dikeluarkan oleh An-Nasai 2/236 no.1195 dan 3/34 no.1263 dan dalam Al-Kubro 1/374 no.1186, Al-Humaidy 2/392 no.885 dan Ad-Daraquthny 1/290, Ath-Thobarany 22/36 no.85 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/427.
5. ‘Abdullah bin Idris, riwayatnya dikeluarkan oleh Ibnu Majah 1/295 no.912, Ibnu Abi Syaibah 2/485, Ibnu Khuzaimah 1/353 dan Ibnu Hibban no.1936.
6. ‘Abdul Wahid bin Ziyad, riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad 4/316, Al-Baihaqy dalam Sunannya 2/72 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/434.
7. Zuhair bin Mu’awiyah, riwayatnya dikeluarkan oleh Ahmad 4/318, Ath-Thobarany 22/26 no.84 dan dalam Ad-Du’a no.637 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/437.
8. Khalid bin ‘Abdillah Ath-Thahhan, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thohawy dalam Syarah Ma’any Al-Atsar 1/259, Al-Baihaqy 2/131 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/432-433.
9. Muhammad bin Fudhail, riwayatnya dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah 1/353 no.713.
10. Sallam bin Sulaim, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thoyalisi dalam Musnadnya no.1020, Ath-Thohawy dalam Syarah Ma’any Al-Atsar 1/259, Ath-Thobarany 22/34 no.80 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/431-432.
11. Abu ‘Awanah, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany 22/38 no.90 dan Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/432.
12. Ghailan bin Jami’, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany 22/37 no.88.
13. Qois bin Rabi’, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany 22/33 no.79.
14. Musa bin Abi Katsir, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany 22/37 no.89.
15. ‘Ambasah bin Sa’id Al-Asady, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany 22/37 no.87.
16. Musa bin Abi ‘Aisyah, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany dalam Ad-Du’a no.637.
17. Khallad Ash-Shaffar, riwayatnya dikeluarkan oleh Ath-Thobarany dalam Ad-Du’a no. 637.
18. Jarir bin ‘Abdul Hamid, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/435.
19. ‘Abidah bin Humaid, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/435-436.
20. Sholeh bin ‘Umar, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/433.
21. ‘Abdul ‘Aziz bin Muslim, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/436-437.
22. Abu Badr Syuja’ bin Al-Walid, riwayatnya dikeluarkan oleh Al-Khatib dalam Al-Fashl Li Washil Mudraj 1/438-439.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa riwayat Zaidah bin Qudamah yang menyebutkan lafadz Yuharikuha (digerak-gerakkan) adalah syadz.

Kesimpulan :
Penyebutan lafazh yaharrikuha (jari telunjuk digerak-gerakkan) dalam hadits Wa’il bin Hujr adalah lemah tidak bisa dipakai berhujjah. Wallahu A’lam.

Pendapat Para Ulama Dalam Masalah Ini

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah posisi jari telunjuk : Apakah digerak-gerakkan atau tidak.
Ada tiga pendapat dikalangan para ulama dalam masalah ini :
Pertama : Tidak digerak-gerakkan. Ini merupakan pendapat Abu Hanifah dan pendapat yang paling kuat dikalangan orang-orang Syafiiyyah dan Hambaliyah dan ini juga merupakan pendapat Ibnu Hazm.
Kedua : Digerak-gerakkan. Dan ini merupakan pendapat yang kuat dikalangan orang-orang Malikiyyah dan disebutkan oleh Al-Qodhi Abu Ya’la dari kalangan Hambaliyah dan pendapat sebagian orang-orang Hanafiyyah dan Syafiiyyah.
Ketiga : Ada yang mengkompromikan antara dua hadits di atas. Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullahu ta’ala- dalam Syarah Zaad Al-Mustaqni’ mengatakan bahwa digerak-gerakkan apabila dalam keadaan berdoa, kalau tidak dalam keadaan berdoa tidak digerak-gerakkan. Dan Syaikh Al-Albany -rahimahullahu ta’ala- dalam Tamamul Minnah mengisyaratkan cara kompromi lain yaitu kadang digerakkan kadang tidak.

Sebab perbedaan pendapat ini adalah adanya dua hadits yang berbeda kandungan maknanya, ada yang menyebutkan bahwa jari telunjuk digerak-gerakkan dan ada yang menyebutkan jari tidak digerak-gerakkan.
Namun dari pembahasan di atas yang telah disimpulkan bahwa hadits yang menyebutkan jari digerak-gerakkan adalah hadits yang lemah dan demikian pula hadits yang menyebutkan jari tidak digerak-gerakkan adalah hadits yang lemah. Adapun cara kompromi yang disebutkan dalam pendapat yang ketiga itu bisa digunakan apabila dua hadits tersebut di atas shohih bisa dipakai berhujjah tapi karena dua hadits tersebut adalah hadits yang lemah maka kita tidak bisa memakai cara kompromi tersebut, apalagi hadits yang shohih yang telah tersebut di atas bahwa Nabi- hanya sekedar berisyarat dengan jari telunjuk beliau. Dan dari kata “berisyarat” itu dapat dipahami apakah jari telunjuk digerak-gerakkan atau tidak. Penjelasannya sebagai berikut
Kata “berisyarat” itu mengandung dua kemungkinan :
Pertama : Dengan digerak-gerakkan. Seperti kalau saya memberikan isyarat kepada orang yang berdiri untuk duduk, maka tentunya isyarat itu akan disertai dengan gerakan tangan dari atas ke bawah.
Kedua : Dengan tidak digerak-gerakkan. Seperti kalau saya berada dalam maktabah (perpustakaan) kemudian ada yang bertanya kepada saya : “Dimana letak kitab Shohih Al-Bukhory?” Maka tentunya saya akan mengisyaratkan tangan saya kearah kitab Shohih Al-Bukhary yang berada diantara sekian banyak kitab dengan tidak menggerakkan tangan saya.

Walaupun kata “berisyarat” itu mengandung dua kemungkinan tapi disini bisa dipastikan bahwa berisyarat yang diinginkan dalam hadits tersebut adalah berisyarat dengan tidak digerak-gerakkan. Hal tersebut dipastikan karena dua perkara :
Pertama : Ada kaidah di kalangan para ulama yang mengatakan Ash Sholatu Tawqifiyah (sholat itu adalah tauqifiyah) maksudnya tata cara sholat itu dilaksanakan kalau ada dalil dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Maka hal ini menunjukkan bahwa asal dari sholat itu adalah tidak ada gerakan di dalamnya kecuali kalau ada tuntunan dalilnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan demikian pula berisyarat dengan jari telunjuk, asalnya tidak digerakkan sampai ada dalil yang menyatakan bahwa jari telunjuk itu diisyaratkan dengan digerakkan dan telah disimpulkan bahwa berisyarat dengan menggerak-gerakkan jari telunjuk adalah hadits lemah. Maka yang wajib dalam berisyarat itu dengan tidak digerak-gerakkan.
Kedua : Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary N0. dan Imam Muslim No.538 :
إن في الصلاة شغلاًَ
“Sesungguhnya di dalam sholat adalah suatu kesibukan”
Maka ini menunjukkan bahwa seorang muslim apabila berada dalam sholat ia berada dalam suatu kesibukan yang tidak boleh ditambah dengan suatu pekerjaan yang tidak ada dalilnya dari Al-Qur’an atau hadits Rasulullah  yang shohih.

Kesimpulan:
Tersimpul dari pembahasan di atas bahwa pendapat yang rojih tentang masalah posisi jari telunjuk dalam tasyahud adalah tidak digerak-gerakkan. Wallahu A’lam.

Lihat pembahasan di atas dalam :
 Kitab Al-Bisyarah Fi Syudzudz Tahrik Al-Usbu’ Fi Tasyahud Wa Tsubutil Isyarah, Al-Muhalla karya Ibnu Hazm 4/151, Subulus Salam 1/189, Nailul Authar, ‘Aunul Ma’bud 3/196, Tuhfah Al-Ahwadzy 2/160.
 Madzhab Hanafiyah lihat dalam : Kifayah Ath-Tholib 1/357.
 Madzhab Malikiyah : Ats-Tsamar Ad Dany 1/127, Hasyiah Al-Adawy 1/356, Al-Fawakih Ad-Dawany 1/192.
 Madzhab Syafiiyyah dalam : Hilyah Al-Ulama 2/105, Raudhah Ath-Tholibin 1/262, Al-Majmu’ 3/416-417, Al-Iqna’ 1/145, Hasyiah Al-Bujairamy 1/218, Mughny Al-Muhtaj 1/173.
 Madzhab Hambaliyah lihat dalam : Al-Mubdi’ 1/162, Al-Furu’ 1/386, Al-Inshaf 2/76, Kasyful Qona 1/356-357.

[Dikutip dari majalah An-Nasihah edisi 1 dengan sedikit perubahan]

sumber : www.al-atsariyyah.com

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

1 Komentar

Amalan Dzikir Imbauan kepada umat Islam Penting

Mengenal Jenis DZikir



Bismillah,
Ada pelajaran yang amat menarik dari Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib, juga kitab beliau lainnya yaitu Madarijus Salikin dan Jala-ul Afham dibahas mengenai berbagai jenis dzikir. Dari situ kita dapat melihat bahwa dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah) dan takbir (Allahu akbar) saja. Ternyata dzikir itu lebih luas dari itu. Mengingat-ingat nikmat Allah juga termasuk dzikir. Begitu pula mengingat perintah Allah sehingga seseorang segera menjalankan perintah tersebut, itu juga termasuk dzikir. Selengkapnya silakan simak ulasan berikut yang kami sarikan dari penjelasan beliau rahimahullah.

Dzikir itu ada tiga jenis:

Jenis Pertama:

Dzikir dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.

Dzikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama:

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Amalan Aqidah Imbauan kepada umat Islam Nasehat Penting Tafsir

Memahami Surat Al Falaq



Bismillah,
Surat al-Falaq terdiri dari lima ayat dan tergolong makkiyyah (diturunkan sebelum hijrah). Bersama surat an-Nas, ia disebut al-Mu’awwidzatain. Disebut demikian karena keduanya mengandung ta’widz (perlindungan). Keduanya termasuk surat yang utama dalam Al-Qur’an. Keutamaan surat al-Falaq selalu disebut bersamaan dengan surat an-Nas.

Keutamaan al-Mu’awwidzatain

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتْ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ؟))

“Tahukah engkau ayat-ayat yang telah diturunkan malam ini, tidak pernah ada yang menyerupainya sama sekali? Kemudian beliau mengatakan:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Sedangkan at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu hadits berikut,

Baca Selengkapnya

Share Tweet Pin It +1

0 Komentar

Back to top